“Cukup, sayangku … cukup.” Muhammad bergumam penuh kesakitan, sementara tangannya menepuk kepala anjing-anjing itu dengan penuh sayang. Padahal ia tengah diserang, diterjang, digigit. Hingga akhirnya ia tak kuasa lagi bertahan, lalu menghembuskan nafas terakhir.
Ini adalah kisah teramat sedih nan menyayat hati tentang seorang pemuda bernama Muhammad Bhar.
Beberapa waktu lalu pasukan penjajah menyerbu rumahnya, yang berada di lingkungan Shujaiya, di Kota Gaza., Muhammad Bhar yang masih muda dan tidak bersalah dibawa ke sebuah ruangan, dipisahkan dengan keluarganya yang berada di bawah ancaman senjata api. Lalu anjing-anjing tempur dilepaskan dan dibiarkan menganiaya Muhammad secara brutal, hingga akhirnya meregang nyawa.
“Anjing-anjing menyerangnya, menggigit dadanya. Muhammad tidak berbicara, hanya bergumam ‘Tidak, tidak, tidak.’ Anjing-anjing lalu menggigit lengannya hingga darah tertumpah. Aku ingin menemuinya tapi tidak bisa,” ucap Nabila, ibunda Muhammad. “Tidak ada yang bisa mendekatinya, dan … dia menepuk-nepuk kepala anjing itu sambil berkata, ‘cukup sayangku…’”
Setelah Muhammad wafat, keluarganya dipaksa untuk keluar dari rumah. Selama tujuh hari, mereka memohon kepada Palang Merah untuk membantu pembebasan Muhammad, namun mereka diberitahu bahwa Palang Merah “tidak mau bekerja sama.” Begitu menurut laporan Middle East Eye yang diterbitkan pada 12 Juli 2024.
Kakak laki-laki Muhammad, Jebril, adalah orang pertama yang kembali ke rumah setelah tentara Israel meninggalkan daerah tersebut. Ia menemukan tubuh sang adik telah membusuk, dengan wajah dipenuhi belatung. Keluarga Muhammad bahkan tidak bisa mencatat kematiannya, atau memberinya penguburan yang layak, karena besarnya kerusakan yang terjadi di daerah tersebut akibat pemboman yang tiada henti.
Selama melakukan genosida di Jalur Gaza, militer Israhell sengaja melepaskan anjing-anjing tempur untuk menyerang warga sipil, menyerang dan menganiaya dengan kejam. Bahkan lebih dari itu, anjing-anjing tersebut juga dilatih untuk melakukan pelecehan seksual terhadap warga Palestina di Jalur Gaza, termasuk di fasilitas penahanan Israel.
Muhammad adalah pemuda berusia 24 tahun, ia mengidap down syndrome. Kapasitas mentalnya lebih mirip seperti bayi.
Muhammad tak akan pernah mengerti, kenapa anjing-anjing itu harus menyerangnya sampai mati, di rumahnya sendiri, di kursi favorit yang selalu ia duduki.
quu_anfusakum
Pic from : https://www.instagram.com/p/C9maaSqSQkc/?img_index=1