Istri yang Tahu Diri

Sebagian sumber mengatakan bahwa ia dipinang atas inisiatif Rasulullah sendiri, dikarenakan kekhawatiran beliau terhadap kondisinya yang hanya hidup seorang diri, sudah separuh baya dan tak ada keluarga yang mau membantu setelah suaminya wafat.

Sumber yang lain mengatakan bahwa ia dipinang atas masukan seorang wanita bernama Khaulah binti Hakim as Salamiyah. Wanita itu mengkhawatirkan Rasulullah yang hidup sendiri sepeninggal yang mulia Ummul mukminin Khadijah binti khuwailid.

Saudah binti Zum’ah Al Amiriah, itulah namanya. Ia merupakan salah satu wanita yang ikut hijrah ke Habasyah bersama suaminya yang bernama Sakran bin Amr.

Saudah sangat bahagia dipinang oleh Rasulullah, begitu juga dengan ayahnya yang telah renta. Meski begitu, ada perasaan rendah diri dikarenakan usia yang tak lagi muda dan dengan rekam hidup yang biasa saja. Terlebih lagi, ia selalu dibanding-bandingkan dengan mendiang Khadijah.

Siapa yang tak kenal Khadijah binti Khuwailid? Dia janda kaya, cantik, terhormat pula. Tak terhitung sudah semua yang telah dikorbankan wanita mulia itu untuk Rasulullah dan perjuangannya. Semua menyangsikan kemampuan Saudah dalam menggantikan kedudukan Khadijah di sisi Nabi, dan di hadapan ummat Islam.

Namun, ia memang tak hendak menggantikan Khadijah, tak sanggup baginya. Saudah hanya ingin mengobati kesepian yang memenuhi hati dan juga hidupnya, ia menjanda saat berada di negeri rantau nun jauh di sana. Menanggung kesunyian dan penderitaan seorang diri tanpa sanak saudara.

Saudah begitu jujur menilai diri. Kesadaran akan siapa dirinya ditanamkan sejak pertama kali kakinya menginjak rumah Rasulullah. Ia tak mungkin menggantikan Khadijah, ia juga hanya menjadi pengisi sementara, tempatnya kelak akan diambil alih oleh seorang gadis mungil bernama Aisyah binti Abu bakar yang telah lama menerima pinangan sang nabi.

Tidak, ia tidak marah atau kecewa. Justru sebaliknya, keadaan itu teramat cukup baginya, teramat disyukuri. Derajatnya kini telah terangkat setingkat lebih tinggi. Ia dipanggil Ummul Mukminin. Mengurus rumah tangga Rasulullah dan anak-anak beliau menjadi tugas baru yang sangat dicintainya.

Saudah begitu lembut dan perasa. Selain keteguhan iman dan kesetiaan, kedermawanan juga melekat dalam pesonanya.

Ketika Aisyah akhirnya siap untuk mendampingi Rasulullah, dengan sukarela Saudah menyerahkan seluruh kekuasaan atas rumah tangga kepada Puteri Abu Bakar tersebut. Dengan penuh ikhlas dan penuh kasih sayang, Saudah memelihara dan menjaga pengantin kecil itu. Ia sangat berhati-hati, tak ada kecemburuan sekali.

Saudah merelakan jatah malamnya bersama Rasulullah bagi Aisyah. Ia memang sudah tak menginginkan apa-apa lagi. Mimpi terbesarnya hanyalah dibangkitkan dari kubur kelak sebagai istri Rasulullah.

Saudah binti Zum’ah wafat di masa kepemimpinan Umar bin Khattab hampir berakhir. Kepergiannya meninggalkan kesan mendalam, terutama di hati Aisyah RA, beliau mengatakan bahwa, “Tak ada wanita yang ku senangi seperti Saudah binti Zum’ah. Ingin rasanya aku mengikuti teladannya. Dia sadar siapa dirinya, sehingga dengan ketulusan, diberikannya malam-malam bersama Rasulullah untukku.”

Salam sayang.

quu_anfusikum

Referensi:
– Istri-istri Nabi, Prof. DR. Aisyah Abdurrahman, Pustaka Mantiq, 1993.
– The Great Prophet Muhammad, Meneladani Manusia Pilihan Allah, Pustaka Lebah, 2019.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *