“Apa yang bisa bikin kita masuk surga selain membaca Qur’an dan shadaqah?” tanya seorang teman baik saya.
Teman tersebut baru saja menjalani operasi besar pada jantungnya. Pernah mengalami peristiwa yang berada di titik antara hidup dan mati membuatnya mawas diri. Masyaallah wal hamdulillaah.
Ia bertanya karena cemas akan nasibnya di akhirat, tak yakin bahwa salatnya diterima karena sering lupa, lupa bacaan salat, lupa jumlah raka’at dan sebagainya. Dia juga tak mampu menghapal Al-Qur’an, karena membacanya saja masih terbata-bata. Apalagi melakukan sedekah jorjoran, makan untuk hari ini saja, ia dan suami harus menunggu pemberian sanak saudara.
Sebenarnya, saya pernah ditanya hal yang sama di masa lalu. Jawaban yang diberikan juga kurang lebih sama seperti ini,
“Rida Allah. Surga itu milik Allah, maka yang bisa membuat kita bisa masuk ke dalam surga hanyalah rida-Nya. Meskipun sedikit amal kita, meskipun tak sempurna, kalau Allah rida dan menerima yang sedikit dan tak sempurna itu, insyaAllah, kita masuk surga. Atau sebaliknya, sebanyak apa pun ayat yang kita baca/hafal, sebanyak apa pun sedekah yang kita lakukan, kalau Allah tidak rida, tidak ada sesiapa pun yang bisa memberi harapan dan pertolongan.”
Menggapai rida Allah adalah hal yang sulit luar biasa. Akan menjadi ujian sepanjang hayat dan usia, berperang dengan hawa nafsu, termasuk godaan syaithan berbentuk jin dan manusia. Ia adalah kunci kebahagiaan di akhirat sana.
Namun, begitu juga sebenarnya dengan kunci kebahagiaan hidup di dunia. Rida dengan semua yang terjadi pada hidup kita, dengan ikhlas menerima segala ketidaksempurnaan yang Allah berikan. Berdamai dengan semua hal yang harus kita hadapi dalam hidup, meskipun begitu buruk. Rida dalam hal ini juga senyatanya sulit luar biasa.
Banyak dari kita tidak menikmati hidup di dunia dikarenakan belum adanya Ridha. Kita tidak bisa hidup apa adanya. Susah sekali menerima dengan rela semua (yang menurut kita menjadi) kekurangan dalam diri. Tentang masa lalu yang buruk dan penuh derita, kita sulit berdamai dengannya. Oleh karena itu, sulit juga bagi kita untuk melangkah maju, memulai hidup yang baru.
‘Berdamai dengan diri sendiri’
‘Berdamai dengan masa lalu yang menyakitkan’
‘Berdamai dengan setiap kenyataan dalam kehidupan’
Itulah kunci, namun sulit sekali.
Akan tetapi meski pun begitu sulitnya, yakinlah pasti bisa. Diperlukan sekali prasangka baik bahwa kita bisa melakukannya, jangan sampai kehilangan harapan-harapan yang baik, terutama bagi diri sendiri.
Jika kita rida dengan segala yang Allah berikan selama di dunia, semoga Allah rida memasukkan kita ke dalam surga-Nya.
***
“Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ’Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (Q.S al-Bayyinah:

***
Salam sayang
quu_anfsakum
*Berdasarkan Kamus al-Munawwir, kata ridha ( رِضَا) berasal dari kata radhiya-yardha-ridwanan (رَضِيَ-يَرْضَي-رِضْوانًا) yang berarti senang, suka, rela, menyetujui, puas. Kata tersebut juga telah diadopsi ke dalam bahasa Indonesia, sehingga terdapat beberapa kata ridha (رضا) dalam al-Qur’an yang tetap diartikan sebagai ridha. Kata yang sesuai dengan kaidah penulisan (KBBI) sebenarnya adalah rida